Akhir akhir ini kita disibukan dengan sebuah musibah katakan demikian, yakni pandemi covid-19.
Serbuan virus yang datang dari negeri antah berantah. Virus ini sangat bahaya, juga kejam. Kenapa bahaya, karena belum ada obat yang ditemukan yang khusus untuk anti dari penyakit menular ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari pandemi ini. Yang jadi perhatian saya bukan pandemi covid-19 ini, melainkan cara untuk mengatasi masalah ini. Baik dari sisi kebijakan, maupun dari sisi kepemimpinan. Kenapa, karena banyak negara di dunia heboh dengan pandemi ini. Ada yang menglockdown, ada yang karantina, dan sebagainya. Tapi baru indonesia yang menetapkan darurat sipil. Aneh menurut saya yang awam, yang kita butuhkan hari ini bagaimana mencegah virus, memutuskan mata rantai penularan, bukan darurat sipil. Selain itu beberapa daerah mengajukan karantina wilayah atau daerah, karena hukum Indonesia tidak mengenal lockdown. Tapi pemerintah pusat menolak, dengan alasan nunggu kajian ekonomi. Apakah lebih penting ekonomi atau nyawa jutaan rakyat Indonesia? Ini negara begitu besar, tapi terasa sempit. Apakah di negeri ini tidak ada pemimpin? Tentu jawaban nya ada. Tapi apakah ada kepemimpinan hadir di tengah masyarakat? Ini yang belum dirasa. Hari ini mereka menguasai, tapi tidak bisa menjalankan. Negeri ini seperti kapal tua, kapalnya besar tapi nakhoda tak tau jalan dan tak tau arah. Kapal berlayar di tengah lautan dalam, sementara nakhoda tak tau kemana arah di tuju. Sungguh malu.
Serbuan virus yang datang dari negeri antah berantah. Virus ini sangat bahaya, juga kejam. Kenapa bahaya, karena belum ada obat yang ditemukan yang khusus untuk anti dari penyakit menular ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari pandemi ini. Yang jadi perhatian saya bukan pandemi covid-19 ini, melainkan cara untuk mengatasi masalah ini. Baik dari sisi kebijakan, maupun dari sisi kepemimpinan. Kenapa, karena banyak negara di dunia heboh dengan pandemi ini. Ada yang menglockdown, ada yang karantina, dan sebagainya. Tapi baru indonesia yang menetapkan darurat sipil. Aneh menurut saya yang awam, yang kita butuhkan hari ini bagaimana mencegah virus, memutuskan mata rantai penularan, bukan darurat sipil. Selain itu beberapa daerah mengajukan karantina wilayah atau daerah, karena hukum Indonesia tidak mengenal lockdown. Tapi pemerintah pusat menolak, dengan alasan nunggu kajian ekonomi. Apakah lebih penting ekonomi atau nyawa jutaan rakyat Indonesia? Ini negara begitu besar, tapi terasa sempit. Apakah di negeri ini tidak ada pemimpin? Tentu jawaban nya ada. Tapi apakah ada kepemimpinan hadir di tengah masyarakat? Ini yang belum dirasa. Hari ini mereka menguasai, tapi tidak bisa menjalankan. Negeri ini seperti kapal tua, kapalnya besar tapi nakhoda tak tau jalan dan tak tau arah. Kapal berlayar di tengah lautan dalam, sementara nakhoda tak tau kemana arah di tuju. Sungguh malu.