sejenak terdiam dengan hingar bingar dunia, dimalam pergantian tahun 2015 menuju tahun yang penuh dengan keberkahan abru 2016. terkadang banyak yang tergambarkan didalam sanubari, sambil memeluk berjuta asa yang pernah dan terasa di sepenghujung tahun yang lalu dan terlewati dengan penuh sempurna dengan berjuta rasa, cerita, dan bahasa yang telah terukir. dimalam ini, saat detik-detik pergantian tahun ini, gaxtau mau kemana, gax tau mau cerita dimana, dan sama siapa. dunia penuh dengan kegemerlapan, teman, kawan serta seluruh penjuru ingin merayakan malam pergantian tahun. sesungguhnya, banyak yang kontra dengan peringatan itu, banyak juga yang mengatakan itu tidak baik, tidak etis, tidak sesuai dengan ajaran agama kita, dan masih banyak tidak yang lainnya, sehingga ada yang memvonis memperingati malam pergantian tahun itu haram.
Saya tidak berpandangan sedalam itu, karena masih lugu dengan ilmu, masih dangkal akan kajian, masih rendah akan pengetahuan, dan masih sedikit punya pandangan dalam hidup. Yang saya hanya tahu, apa yang sudah dilewati, dan bagaimana lebih baik untuk yang akan dating. Simple dalam pandangan saya : Planning, Eksekusi, Controling, dan Evaluasi.
Tepat beberapa detik menjelang pergantian tahun dalam pandangan masehi, sedikit teringat dengan yang pernah dan telah dilalui 365 hari yang lalu, teringat jejak yang pernah dilangkah, cerita yang pernah terukir, dan kenangan yang telah dilewati. Berjuta, tidak bahkan tak terhingga, itulah cerita dan kenangan, hanya otak yang bias berfikir untuk bisa mengingatkanya kembali, hanya hati yang bisa merasakan apa itu artinya hidup, seberapa penting itu yang telah dilalui. Hanya jemari ini yang bisa mengetik untuk menceritakanya kembali dimalam yang penuh berkah ini. Bukan memperingati, bukan merayakan pergantian tahun, tetapi jemari dan hati yang ingin mencurahkan rasa yang telah dilalui.
Tepat beberapa hari, bulan, bahkan tahun yang telah dilalui, banyak pertanyaan yang terlontar di fikiran ini, kenapa hidup penuh keberkahan, kenapa hidup penuh dengan cerita, kenapa hidup penuh dengan dosa, kenapa hidup penuh dengan impian, kenapa hidup penuh dengan kebohongan, kenapa hidup punya rasa. Tetapi dimana letak rasa, nyaman, bahagia, dan merdeka. Bukankah semua orang ingin mencapai takdir itu dengan sepenuhnya. tapi kenapa kebahagian itu sulit kita dapat, kenapa rasa nyaman itu sulit untuk dirasa, kenapa rasa merdeka itu sulit untuk di wujudkan, bukan politik yang menjadi penyebab kita tidak merdeka, bukan intervensi yang membuat kaku, bukan dan masih banyak bukan yang lainya.
Saya sedikit bingung, Saya sedikit bingung, sedikit tertawa, bahkan tak sanggup menahan air mata ini, sambil jemari menghapus air mata, menatap lebih tajam, berfikir lebih kuat, dan menggenggam lebih dalam. Saya mulai menyentuh pertanyaan tadi, sambil melihat satu persatu, bukan hidup penuh akan segalanya, tapi sedikit menganalisa apa hubungan kebahagian, kenyamanan, kebohongan, rasa, dan merdeka. Tak tau, tapi merasa ada keterkaitan. Hati kecil mulai berkata Setelah menganalisa timbul pertanyaan yang baru, Akankah Hidup Lebih Indah Tanpa Kebohongan,..? karena dari variable hidup yang di analisa, hanya satu kata yang sedikit berbeda dengan yang lain yakni bohong, atau ketidak jujuran. Tidak, saya kira tidak ada hubungan, hati tersentak. Teringat masa-masa 2015 yang lalu, kenapa rasa ini mulai terbawa, hati mulai berkata. Penah seketika jiwa ini diperkenalkan dengan seorang gadis, berawal akan sebuah perkenalan yang di kenalkan oleh teman, aneh, tapi ini nyata. Kenal kog dikenalkan oleh teman, mulai berbagi sosmed, maka nama dan sebagainya kenal.
Bukan perkenalan yang aku sesali, tetapi perpisahan yang aku tangisi, hahaha. Mulut mulai senyum, karena indah, ya namanya juga awal perkenalan. Dekat bahkan ngajak ketemu, dikampus. Kayaknya ini yang paling cocok, kenapa dikampus, setidaknya ini merupakan taman ilmu bagi setiap orang, dengan alasan memintak coklat, so sweet.. hati mulai berdebar, rasa mulai terasa, perubahan terjadi. Tidak ada yang namanya perubahan selain perubahan itu sendiri, saya rasa itu yang pantas untuk dikatakan. Dekat bahkan selalu bersama – sama dalam keseharian. Sementara disaat yang bersamaan saya sudah dekat dengan teman kecil, sahabat semasa sekolah. Hari- hari penuh dengan bejuta rasa dan kenangan. Tapi ntah kenapa, perkenalan itu saya tidak jujur dengan teman semasa kecil. Karena takut menyakitinya. Alasanya keren banget, seperti darama di senayan, haha.
Berhari-hari, bahkan muali nyaman, bahagia, tenang, tetapi tidak merdeka. Karena ada rasa, gax tau itu rasa apa. Gaduh mulai terasa, kalau ketahuan bagaimana ya, sakit gax ya, ah sudah. Inikan cuman perkenalan. Gax bakal ketahuan, kan punya jalan yang berbeda-beda, punya waktu yang berbeda-beda.
14 November itu merupakan tanggal bersejarah dalam hidup, karena itu hari kelahiran saya di muka bumi Allah SWT. Sederhana, banyak yang mengucapkan selamat ulang tahun, saling berbagi kue, saling mendoakan. Dsaat yang bersamaan itu waktu yang bersamaan, sehingga tau siapa-siapa yang mengucapkan, sahabat masa kecil mulai terhasut dengan rasa cemburu, karena ada yang aneh dengan bahasa sekitaran. Akhirnya marahan dan ketahuan.
Ahh, ini masa lalu sudah la, apa hubunngannya dengan Kebahagian, Ketenangan, Kenyamanan, Kebohongan, dan Merdeka. Gax tau air mata mulai menderas, inikah yang namanya caraku merayakan pergantian tahun, inikah caraku memperingati pergantian tahun, tapi yang jelas ini cara ku memperbaiki atau mengevaluasi yang telah terjadi di tahun-tahun yang lalu : Muhasabah.
Di kesunyian malam, teringat masa hari-hari kuliah ku, berjuta rasa di saat menuntut ilmu, bahakn yang paling terasa disaat membagi ilmu kemasyarakat, tepat libur semester 5 mahasiswa di tebar diseluruh penjuru Indonesia umumnya, Riau khususnya. Tak menyangka diperkenalkan lagi dengan seorang mahasiswa-mahasiswi satu kampus, satu fakultas, bahkan satu jurusan, maklum karena semester satu sampai dengan lima disubukkan dengan organisasi, bukan aktivis juga, dan bukan organisatoris. Tetapi ingin mengabdikan tridarma perguruan tinggi sebagai mahasiswa : Agent of Change.
Sepuluh hari berlalu, satu rumah, satu diskusi telah dilalui. Satu sama lain saling kenal, merasa dunia baru. Karena banyak yang baru kenal, merasa senang dengan hal-hal baru, dengan teman-taman baru. Karena itu ciri khasnya saya suka dengan hal-hal baru. Idul fitri pun tiba, kita kembali mudik bersama, malam takbiran tiba saling maaf- memaafkan dengan berkirim pesan singkat. Beberapa hari masih dengan suasana lebaran, ada satu pesan singkat yang datang, “ asalam, gimana kabar, rindu..!.” bahasa yang sederhana, megetarkan bulu roma, meluluh lantakkan kejenuhan. Seminggu berlalu, kita kembai kumpul dengan suasana baru, selepas kembalinya dari mudik masing-masing. Berhari-hari berlalu penuh dengan kesemangatan, rasa dan haru telah dilalui. Ada satu pertanyaan yang dilontarkan, sehingga membuat sebuah tonggak cerita kedekatan. Mengenalkan dirinya dengan tidak ada nya saling hubungan. Sehingga dekat, dan mulai tersentuh dengan sebuah rasa cemburu. Kemelut pun tiba kembali.
Kog bisa sampai kesini ya, sekali lagi apa hubunganya dengan pertanyaan , Akankah Hidup Lebih Indah Tanpa Kebohongan,..?
Dua bulan berlalu, kembali kekampus. Perkenalan mulai dekat, permasalahan dengan perkenalan bertubi-tubi datang. Janji pun mulai di ucapkan, akan menjauhi teman cowoknya, gax akan komunikasi, janji.
Dengan suasana perkataan yang bagi saya itu amanah, mulai perbaiki perkenalan lagi, baik. Bahkan dekat lagi, sederhana memang dengan perkataannya. Semakin hari-semakin banyak yang terjadi, analisa. Sulit untuk menganalisa, lenih sulit dari persamaan logika yang tertera di kalkulus 2. Hehe. Seorang teman baik, tipikal orang yang bener-bener gax bisa menutupi, hatinya baik. Gax bisa menutupi memang, karena teman yang satu ini jalan kebenaran terbuka. Bagaikan perang dunia ketigapun datang, tapi allahamdulillah teman ini juga lah yang berani mengatakan kebenaran dan kejujuran. Dengan bahasa yang sederhana dia menjelaskan, menyarankan, sampai-sampai berani mengatakan, keputusan ini gax mungkin, karena dia tak berani jauh dengan teman cowoknya, haaa.. masih komunikasi,.? Telponan tiap hari,,! Aduh luar biasa bagi saya. Lantas yang selama ini bagaimana..? galau, bahkan air mata pun menemani dengan suasananya. Tenang, tidak.. nyaman pun tidak, apalagi hidup yang indah.
Sekali lagi apa hubungan ini semua, apa hubungannya dengan kebahagian, kenyamanan, ketenangan, kebohongan, dan meredeka.
Gemuruhan hujan yang merintik-rintik, jemari yang mengusapkan air mata, otak yang penuh dengan analisa, hati berkata. Ini bukan jati dirimu, ini bukan pemikiran mu, ini bukan sifat mu, ini bukan prinsipmu.. berat, sulit bahkan ragu membelenggu, dengan terpaksa. Saya mengatakan, Ini Bukan Saya..! bagi saya prinsip itu adalah sederhana, katakana iya kalau sesuatu itu benar, dan tidak pada ketidak benaran. Gax akan pernah bahagia selagi kita tidak bicara dengan apa kebenerannya, tidak akan pernah bisa tenang kalau ada satu titik yang tidak benar, tidak akan pernah bisa merdekan dalam berfikir kalau ada intervensi kebohongan.
Logika Terbalik
Saya tidak berpandangan sedalam itu, karena masih lugu dengan ilmu, masih dangkal akan kajian, masih rendah akan pengetahuan, dan masih sedikit punya pandangan dalam hidup. Yang saya hanya tahu, apa yang sudah dilewati, dan bagaimana lebih baik untuk yang akan dating. Simple dalam pandangan saya : Planning, Eksekusi, Controling, dan Evaluasi.
Tepat beberapa detik menjelang pergantian tahun dalam pandangan masehi, sedikit teringat dengan yang pernah dan telah dilalui 365 hari yang lalu, teringat jejak yang pernah dilangkah, cerita yang pernah terukir, dan kenangan yang telah dilewati. Berjuta, tidak bahkan tak terhingga, itulah cerita dan kenangan, hanya otak yang bias berfikir untuk bisa mengingatkanya kembali, hanya hati yang bisa merasakan apa itu artinya hidup, seberapa penting itu yang telah dilalui. Hanya jemari ini yang bisa mengetik untuk menceritakanya kembali dimalam yang penuh berkah ini. Bukan memperingati, bukan merayakan pergantian tahun, tetapi jemari dan hati yang ingin mencurahkan rasa yang telah dilalui.
Tepat beberapa hari, bulan, bahkan tahun yang telah dilalui, banyak pertanyaan yang terlontar di fikiran ini, kenapa hidup penuh keberkahan, kenapa hidup penuh dengan cerita, kenapa hidup penuh dengan dosa, kenapa hidup penuh dengan impian, kenapa hidup penuh dengan kebohongan, kenapa hidup punya rasa. Tetapi dimana letak rasa, nyaman, bahagia, dan merdeka. Bukankah semua orang ingin mencapai takdir itu dengan sepenuhnya. tapi kenapa kebahagian itu sulit kita dapat, kenapa rasa nyaman itu sulit untuk dirasa, kenapa rasa merdeka itu sulit untuk di wujudkan, bukan politik yang menjadi penyebab kita tidak merdeka, bukan intervensi yang membuat kaku, bukan dan masih banyak bukan yang lainya.
Saya sedikit bingung, Saya sedikit bingung, sedikit tertawa, bahkan tak sanggup menahan air mata ini, sambil jemari menghapus air mata, menatap lebih tajam, berfikir lebih kuat, dan menggenggam lebih dalam. Saya mulai menyentuh pertanyaan tadi, sambil melihat satu persatu, bukan hidup penuh akan segalanya, tapi sedikit menganalisa apa hubungan kebahagian, kenyamanan, kebohongan, rasa, dan merdeka. Tak tau, tapi merasa ada keterkaitan. Hati kecil mulai berkata Setelah menganalisa timbul pertanyaan yang baru, Akankah Hidup Lebih Indah Tanpa Kebohongan,..? karena dari variable hidup yang di analisa, hanya satu kata yang sedikit berbeda dengan yang lain yakni bohong, atau ketidak jujuran. Tidak, saya kira tidak ada hubungan, hati tersentak. Teringat masa-masa 2015 yang lalu, kenapa rasa ini mulai terbawa, hati mulai berkata. Penah seketika jiwa ini diperkenalkan dengan seorang gadis, berawal akan sebuah perkenalan yang di kenalkan oleh teman, aneh, tapi ini nyata. Kenal kog dikenalkan oleh teman, mulai berbagi sosmed, maka nama dan sebagainya kenal.
Bukan perkenalan yang aku sesali, tetapi perpisahan yang aku tangisi, hahaha. Mulut mulai senyum, karena indah, ya namanya juga awal perkenalan. Dekat bahkan ngajak ketemu, dikampus. Kayaknya ini yang paling cocok, kenapa dikampus, setidaknya ini merupakan taman ilmu bagi setiap orang, dengan alasan memintak coklat, so sweet.. hati mulai berdebar, rasa mulai terasa, perubahan terjadi. Tidak ada yang namanya perubahan selain perubahan itu sendiri, saya rasa itu yang pantas untuk dikatakan. Dekat bahkan selalu bersama – sama dalam keseharian. Sementara disaat yang bersamaan saya sudah dekat dengan teman kecil, sahabat semasa sekolah. Hari- hari penuh dengan bejuta rasa dan kenangan. Tapi ntah kenapa, perkenalan itu saya tidak jujur dengan teman semasa kecil. Karena takut menyakitinya. Alasanya keren banget, seperti darama di senayan, haha.
Berhari-hari, bahkan muali nyaman, bahagia, tenang, tetapi tidak merdeka. Karena ada rasa, gax tau itu rasa apa. Gaduh mulai terasa, kalau ketahuan bagaimana ya, sakit gax ya, ah sudah. Inikan cuman perkenalan. Gax bakal ketahuan, kan punya jalan yang berbeda-beda, punya waktu yang berbeda-beda.
14 November itu merupakan tanggal bersejarah dalam hidup, karena itu hari kelahiran saya di muka bumi Allah SWT. Sederhana, banyak yang mengucapkan selamat ulang tahun, saling berbagi kue, saling mendoakan. Dsaat yang bersamaan itu waktu yang bersamaan, sehingga tau siapa-siapa yang mengucapkan, sahabat masa kecil mulai terhasut dengan rasa cemburu, karena ada yang aneh dengan bahasa sekitaran. Akhirnya marahan dan ketahuan.
Ahh, ini masa lalu sudah la, apa hubunngannya dengan Kebahagian, Ketenangan, Kenyamanan, Kebohongan, dan Merdeka. Gax tau air mata mulai menderas, inikah yang namanya caraku merayakan pergantian tahun, inikah caraku memperingati pergantian tahun, tapi yang jelas ini cara ku memperbaiki atau mengevaluasi yang telah terjadi di tahun-tahun yang lalu : Muhasabah.
Di kesunyian malam, teringat masa hari-hari kuliah ku, berjuta rasa di saat menuntut ilmu, bahakn yang paling terasa disaat membagi ilmu kemasyarakat, tepat libur semester 5 mahasiswa di tebar diseluruh penjuru Indonesia umumnya, Riau khususnya. Tak menyangka diperkenalkan lagi dengan seorang mahasiswa-mahasiswi satu kampus, satu fakultas, bahkan satu jurusan, maklum karena semester satu sampai dengan lima disubukkan dengan organisasi, bukan aktivis juga, dan bukan organisatoris. Tetapi ingin mengabdikan tridarma perguruan tinggi sebagai mahasiswa : Agent of Change.
Sepuluh hari berlalu, satu rumah, satu diskusi telah dilalui. Satu sama lain saling kenal, merasa dunia baru. Karena banyak yang baru kenal, merasa senang dengan hal-hal baru, dengan teman-taman baru. Karena itu ciri khasnya saya suka dengan hal-hal baru. Idul fitri pun tiba, kita kembali mudik bersama, malam takbiran tiba saling maaf- memaafkan dengan berkirim pesan singkat. Beberapa hari masih dengan suasana lebaran, ada satu pesan singkat yang datang, “ asalam, gimana kabar, rindu..!.” bahasa yang sederhana, megetarkan bulu roma, meluluh lantakkan kejenuhan. Seminggu berlalu, kita kembai kumpul dengan suasana baru, selepas kembalinya dari mudik masing-masing. Berhari-hari berlalu penuh dengan kesemangatan, rasa dan haru telah dilalui. Ada satu pertanyaan yang dilontarkan, sehingga membuat sebuah tonggak cerita kedekatan. Mengenalkan dirinya dengan tidak ada nya saling hubungan. Sehingga dekat, dan mulai tersentuh dengan sebuah rasa cemburu. Kemelut pun tiba kembali.
Kog bisa sampai kesini ya, sekali lagi apa hubunganya dengan pertanyaan , Akankah Hidup Lebih Indah Tanpa Kebohongan,..?
Dua bulan berlalu, kembali kekampus. Perkenalan mulai dekat, permasalahan dengan perkenalan bertubi-tubi datang. Janji pun mulai di ucapkan, akan menjauhi teman cowoknya, gax akan komunikasi, janji.
Dengan suasana perkataan yang bagi saya itu amanah, mulai perbaiki perkenalan lagi, baik. Bahkan dekat lagi, sederhana memang dengan perkataannya. Semakin hari-semakin banyak yang terjadi, analisa. Sulit untuk menganalisa, lenih sulit dari persamaan logika yang tertera di kalkulus 2. Hehe. Seorang teman baik, tipikal orang yang bener-bener gax bisa menutupi, hatinya baik. Gax bisa menutupi memang, karena teman yang satu ini jalan kebenaran terbuka. Bagaikan perang dunia ketigapun datang, tapi allahamdulillah teman ini juga lah yang berani mengatakan kebenaran dan kejujuran. Dengan bahasa yang sederhana dia menjelaskan, menyarankan, sampai-sampai berani mengatakan, keputusan ini gax mungkin, karena dia tak berani jauh dengan teman cowoknya, haaa.. masih komunikasi,.? Telponan tiap hari,,! Aduh luar biasa bagi saya. Lantas yang selama ini bagaimana..? galau, bahkan air mata pun menemani dengan suasananya. Tenang, tidak.. nyaman pun tidak, apalagi hidup yang indah.
Sekali lagi apa hubungan ini semua, apa hubungannya dengan kebahagian, kenyamanan, ketenangan, kebohongan, dan meredeka.
Gemuruhan hujan yang merintik-rintik, jemari yang mengusapkan air mata, otak yang penuh dengan analisa, hati berkata. Ini bukan jati dirimu, ini bukan pemikiran mu, ini bukan sifat mu, ini bukan prinsipmu.. berat, sulit bahkan ragu membelenggu, dengan terpaksa. Saya mengatakan, Ini Bukan Saya..! bagi saya prinsip itu adalah sederhana, katakana iya kalau sesuatu itu benar, dan tidak pada ketidak benaran. Gax akan pernah bahagia selagi kita tidak bicara dengan apa kebenerannya, tidak akan pernah bisa tenang kalau ada satu titik yang tidak benar, tidak akan pernah bisa merdekan dalam berfikir kalau ada intervensi kebohongan.
Logika Terbalik
Sakit memang ketika
kita tidak mengatakan sesuatu itu pada tempatnya, setidaknya saya bisa
merasakan betapa rasanya ketika dibohongi. Ketika satu gagasan bertanya, betapa
rasa sakitnya ketika di bohongi, maka satu yang bisa saya jawab, kembalikan ke
kita, kita yang tau kebenarannya, ketika kita yang di posisi yang di bohongi
bagaimana..? maka itulah jawabannya seberapa sakitnya.
Nah, ketika ditanya ke saya, Akankah Hidup Lebih Indah Tanpa Kebohongan,..? saya kira
jawabanhya IYA. Karena tidak akan pernah indah kehidupan itu diatas kebohongan,
sekali kita berbohong, maka kita akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan
yang pernah kita lakukan itu.
0 komentar:
Posting Komentar