Seperti biasa setiap ucapannya hampir bisa dipastikan banyak yang membela. Termasuk isu yang disoroti baru-baru ini, tentang bipang. Sebagaimana lazimnya rezim ini selalu mencuci tangan, bukan hanya itu sekalian ngelap agar tangan nya terlihat bersih tanpa noda.
Awal dari pidato nya, jelas terlihat tanpa ada unsur paksaan dan dilakukan secara sadar. Lalu beliau memperkenalkan makanan khas Nusantara, macam macam. Yang menggelitik itu bukan makanan nya, tapi momen yang digunakan itu tidak pantas dan layak di ucapkan oleh seorang pimpinan tertinggi di sebuah organisasi. Lalu salahnya dimana?
Tidak paham konteks
Terlihat jelas, konteks dalam pidato atau percakapan itu dilakukan dengan tujuan mengkampanyekan kepada masyarakat untuk tidak mudik, agar tidak terjadi keramaian atau kontak langsung supaya tidak terjadi penyebaran covid-19. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian makanan yang bisa dicicipi disaat lebaran tiba. Lebaran idul Fitri itu dirayakan oleh umat muslim, kenapa bipang yang dikenalkan. Apa hubungan konteks antara hari raya idul Fitri dengan bipang?
Tidak memahami ucapan
Selain tidak memahami konteks, dalam pidato tersebut juga terlihat jelas bahwa apa yang beliau ucapkan beliau tidak paham dengan ucapan nya. Saya yakin dan percaya kalau beliau paham dan mengerti tidak mungkin kata-kata itu keluar, lalu salahnya dimana, salah nya karena tidak paham apa yang diucapkan. Akibat kurangnya pengetahuan dan wawasan, juga tidak selektif menggunakan kata kata.
Dapur anda bermasalah
Selain tidak paham konteks, tidak memahami ucapan juga dapurnya bermasalah. Tidak mungkin bahan atau materi pidato seorang pemimpin tanpa dilakukan riset dan kajian sebelum disampaikan ke publik. Dimana etika seorang pembuat naskah nya, apa mereka tidak bekerja, atau apa mereka juga tidak paham. Mustinya dipertanyakan nilai-nilai intelektual yang ada di dapur itu.
Sudahlah salah, ngotot
Selain sudah mencederai nilai-nilai intelektual, mereka juga tidak mengakui kesalahannya. Bahkan sibuk mengklarifikasi itu bukan kesalahan, itu maksudnya ini, tujuan begini. Sudahlah salah, ngotot pula seperti kebodohan yang terstruktur.
Atau jangan-jangan mereka yang membuat, yang menyampaikan pidato itu, dan yang membela nya wajib kita pertanyakan mereka lulus Tes Wawasan Kebangsaan tidak?
0 komentar:
Posting Komentar