Rabu, 05 November 2025

Sebagai anak jati Melayu, hati kami terasa hancur melihat negeri yang kami cintai—Riau—kembali tercoreng oleh kasus korupsi. Ketika Gubernur Riau Abdul Wahid dan rekan-rekannya terjaring operasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), bukan hanya nama beliau yang tercoreng, tapi juga marwah negeri beradat ini ikut tercabik-cabik.

Kami, orang Melayu Riau, diajarkan sejak kecil bahwa adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah. Dalam ajaran itu, kejujuran dan amanah adalah tiang marwah seseorang. Pemimpin itu harus menjadi contoh, bukan perusak kepercayaan rakyat. Tapi apa daya, kenyataannya lagi-lagi kami dipaksa menunduk malu—bukan karena kami turut bersalah, tapi karena pemimpin yang kami harapkan menjaga negeri justru menodainya.

Padahal, Riau bukan negeri sembarangan. Dari tanah ini lahir banyak ulama besar yang membawa cahaya Islam ke pelosok Nusantara. Dari negeri ini pula berdiri Kesultanan Melayu yang beradab dan berilmu. Sultan-sultan kami dulu bahkan menyerahkan harta dan tahta demi melihat Indonesia merdeka—karena bagi kami, kehormatan bangsa lebih tinggi dari kekuasaan pribadi. Itulah warisan luhur kami.

Maka, jangan ada yang berani menyebut Riau sebagai negeri koruptor! Kami bukan negeri koruptor. Koruptor itu ada di mana-mana, tapi kami, anak negeri beradat, menolaknya dengan tegas. Kami malu, kami marah, tapi di atas semua itu, kami sadar bahwa marwah Melayu harus dijaga.

Riau ini negeri kaya. Minyak bumi dan minyak sawit mengalir dari tanahnya, tapi kekayaan itu belum tentu menandakan kemuliaan bila moral pemimpinnya rapuh. Kami tak butuh pemimpin yang pandai berbicara manis di depan rakyat tapi mencuri di belakang meja. Kami butuh pemimpin yang amanah, yang takut kepada Allah, yang menjaga marwah negeri seperti menjaga dirinya sendiri.

Cukuplah sudah Riau dipermalukan oleh mereka yang haus kekuasaan. Saatnya kita, rakyat Riau, berdiri dan bersuara: kami tidak akan diam lagi. Kami ingin negeri ini bersih, beradab, dan bermarwah seperti ajaran nenek moyang kami.

Karena kami anak Melayu, dan anak Melayu tak akan bersekutu dengan pengkhianat amanah. Kami anti dengan koruptor.

0 komentar:

Posting Komentar

Kolam Inspiratif

“Teknologi informasi dan bisnis menjadi saling terjalin dengan erat. Saya tak berpikir siapa pun dapat berbicara salah satunya dengan penuh makna tanpa membicarakan satu yang lainnya”

Arsip

Flickr Images

About us

Populer

Biografi Tokoh

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie
Prof. Dr.(H.C.) Dahlan Iskan

Materi Kuliah IT

Image Retrieval
Computer Security
Riset Teknologi
Interaksi Manusia dan Komputer
Rekayasa Perangkat Lunak
Sistem Informasi
Grafika Komputer